Senin, 08 Juni 2009

BAB I

PENDAHULUAN

Dulu margarin sering diiklankan sebagai produk pangan yang menyehatkan. Dengan perkembangan ilmu kesehatan, terbukti iklan itu tidak benar (antara lain karena kandungan asam lemak jenuh yang tinggi), sehingga iklan itu tidak dimunculkan lagi.

Belakangan ini sering muncul di televisi mengenai margarin yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Hal inipun harus dikaji, agar konsumen tidak dirugikan. Sebab hasil penelitian terakhir menunjukkan di dalam margarin terkandung apa yang disebut sebagai 'asam lemak trans’. Asam lemak trans justru meningkatkan kadar kolesterol darah, dan selanjutnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit arterosklerosis dan jantung koroner.

Sebagian dari kita menghindari mentega dan margarin karena takut pada kandungan lemaknya. Padahal, banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan makanan itu. Selain vitamin A dan D, juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6.

Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal.

Mentega dan margarin tergolong lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked). Keduanya memiliki fungsi sama, yaitu sebagai sumber energi, meningkatkan daya terima makanan, membentuk struktur, serta memberikan cita rasa enak.

Namun, ada perbedaan mendasar pada kedua produk tersebut. Mentega merupakan produk alami susu. Pembuatannya dengan mengocok dan mengguncangkan krim susu, hingga tercapai keadaan semipadat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Penemuan Margarin

Margarin pertama kali ditemukan di Perancis oleh seorang ahli Kimia bernama Hippolyte Mege-Mouries pada tahun 1869. Penemuan margarin sebetulnya dipicu oleh keadaan di Perancis pada saat itu dimana harga mentega sangat mahal sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya. Hal ini terjadi sebagai akibat pengaruh revolusi industri dimana banyak petani yang meninggalkan lahan pertaniannya lalu mereka menuju kota dan bekerja di industri industri. Akibatnya, terjadi kekurangan produksi mentega sehingga harga mentega menjadi mahal karena permintaan mentega tinggi. Untuk mengatasi keadaan ini maka pada tahun 1869 Napoleon III sebagai penguasa Perancis pada saat itu mengadakan sayembara dan akan memberikan hadiah kepada siapa saja yang dapat menemukan pengganti mentega yang murah, tentu pengganti tersebut memiliki sifat-sifat seperti mentega. Hippolyte Mege-Mouries memenangkan sayembara itu karena beliau mampu menemukan apa yang diinginkan oleh Napoleon III yaitu pengganti mentega yang murah. Mege-Mouries menamakan hasil penemuannya dengan nama margarin, nama ini berasal dari kata Yunani margarites yang memiliki arti mutiara. Disebut mutiara karena lemak margarin ketika membentuk butiran padat berbentuk seperti kristal yang mengkilap seperti mutiara.

Mege-Mouries mengembangkan margarin dengan menggunakan bahan baku lemak sapi. Dengan menggunakan proses tertentu dia memisahkan bagian lemak sapi yang memiliki sifat-sifat seperti mentega. Pada perkembangan selanjutnya bukan hanya lemak sapi yang digunakan untuk membuat margarin, juga lemak babi. Setelah itu mulailah penggunaan minyak kelapa dan minyak biji sawit ditambahkan kedalam lemak hewani dalam pembuatan margarin. Pada tahun 1910 mulai digunakan minyak yang dijenuhkan (maksudnya asam lemak minyak yang tadinya tidak jenuh atau mengandung ikatan rangkap kemudian sebagian atau seluruhnya dijenuhkan, artinya yang tadinya ikatan rangkap diubah menjadi ikatan tunggal) menggunakan proses hidrogenisasi (penambahan hidrogen kedalam ikatan rangkap). Setelah itu, penggunaan minyak nabati seperti minyak kedele, minyak jagung, minyak sawit, minyak kelapa, minyak biji sawit, dll pada pembuatan margarin meningkat.

B. Pengertian Margarin dan Minyak
margarine

Margarin adalah pengganti mentega yang digemari oleh masyarakat di dunia. Selama ini, margarin dibuat dari minyak-minyak nabati yang sebagian besar terdiri dari trigliserida yang memiliki efek kurang menyehatkan jika berlebihan bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk membuat minyak padat sebagai bahan baku margarin yang lebih sehat yaitu minyak padat diasilgliserol/digliserida dari minyak kelapa.

Secara umum margarin adalah bahan semipadat yang mempunyai sifat dapat dioleskan yang mengandung lemak minimal 80% dan maksimum 90%. Bahan untuk membuat margarin secara umum adalah minyak dan lemak, baik yang berasal dari nabati (tumbuh-tumbuhan), hewani maupun ikan. Berdasarkan definisi yang ditetapkan oleh badan yang berwenang di Eropa, margarin adalah produk yang berasal dari lemak padat atau cair yang berasal dari nabati dan/atau hewani, artinya bisa seluruhnya berasal dari minyak/lemak nabati, seluruhnya dari lemak hewani atau campuran minyak/lemak nabati dan lemak hewani.

Margarin dan spread adalah produk emulsi air dalam minyak, suatu campuran air dengan minyak dimana fase minyak lebih banyak dari air. Air diharapkan terdistribusi didalam minyak secara merata dan tidak memisah dari minyak, untuk itu diperlukan suatu emulsifier (pengemulsi), suatu bahan yang mampu mempertahankan suatu emulsi yang stabil, tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air. Kebanyakan emulsifier dibuat dengan melibatkan asam lemak atau gliserida dimana kedua bahan ini bisa berasal dari tanaman atau hewan.

Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water in oil emulsion – W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis. Minyak yang digunakan dalam pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewan seperti babi (lard) atau sapi, dan lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit, kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan lain-lain.

Emulsi margarin tersusun atas fase terdisepersi sempurna cair (aqueous) dan fase pendispresi yang berupa molekul kristal.

Emulsi adalah suspensi suatu cairan di dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur. Emulsi margarin dapat terbentuk dari sekumpulan komponen-komponen dalam proporsi yang tepat. Minyak cair dicampurkan ke dalam tank agitasi. Bahan-bahan yang larut minyak yang terdiri dari lesitin, surfaktan monogliserida, flavor larut emak, vitamin dan pewarna yang larut lemak ditambahkan pada minyak.

Ciri-ciri margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta segera dapat mencair di dalam mulut.

Minyak merupakan asam lemak golongan rantai karbon sedang yang terdiri hanya 12 atom karbon yang diikat jenuh (rantai karbon tunggal atau tidak memiliki ikatan ganda), jenis-jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak sayur terdiri dari 18 atau lebih atom karbon dan sebagian besar adalah golongan asam lemak berantai karbon panjang (long chain fatty acids= LCFA) dan umumnya mempunyai ikatan ganda (majemuk).
Baik minyak kelapa maupun minyak sayur, keduanya sama-sama tidak mengandung kolesterol. Namun, minyak kelapa adalah satu-satunya minyak goreng yang mengandung asam laurat (lauric acid) dengan kadar yang paling tinggi setara seperti pada air susu ibu (kurang lebih 50%). Asam laurat ini mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami yang ampuh yang dapat membunuh berbagai jenis kuman, virus dan parasit, termasuk HIV dan Hepatitis virus.

C. Bahan Baku Pembuatan Margarin

Dari sejarahnya, margarin diproduksi sebagai bahan pengganti mentega (butter) yang dibuat dari lemak susu (sapi), yang harganya relatif mahal. Lalu margarin diproduksi, juga sebagai pengganti mentega, agar konsumen terhindar dari konsumsi kolesterol yang banyak dikandung mentega.

Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water in oil emulsion – W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis. Minyak yang digunakan dalam pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewan seperti babi (lard) atau sapi, dan lemak nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit, kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan lain-lain.

Bahan dasar yang sifatnya telah padat seperti lemak babi, sapi, atau fraksi padat dari minyak sawit dapat langsung diproses menjadi margarin. Tetapi dari minyak yang masih cair, harus dilakukan proses perubahan menjadi padat. Proses itu disebut hidrogenasi, yaitu penambahan molekul hidrogen ke dalam rantai asam lemak. Proses ini dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi (sekitar 205 derajat C) dengan cara mengalirkan gas hidrogen ke dalam minyak, dengan bantuan katalisator berupa platina atau nikel.

Ada dua jenis margarin yang diproduksi, yaitu margarin untuk campuran dalam pembuatan kue-kue serta margarin meja. Margarin untuk kue biasanya mengandung kadar lemak hidrogenasi tinggi sehingga bentuknya lebih padat, sedangkan margarin meja bentuknya lebih lembek agar mudah dioleskan.

Margarin meja yang dibuat dari minyak kacang kedelai, jagung, biji bunga matahari, dan biji kapas mengandung asam lemak tidak jenuh (PUFA) lebih tinggi daripada mentega serta margarin yang dibuat dari lemakl babi/sapi atau minyak sawit padat.

Minyak nabati yang umum digunakan dalam pembuatan margarin adalah minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak wijen, minyak kapuk, minyak jagung, dan minyak gandum.

Margarin dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya diproduksi dari lemak beef yang disebut oleo-margarine. Tidak seperti mentega, margarin dapat dikemas ke dalam beberapa konsistensi pengemas. Margarin sedikitnya mengandung 80% lemak dari total beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri dari turunan susu skim, air, atau protein kedelai cair. Dan sisanya 1-3% merupakan garam, yang ditambahkan sebagai flavor, meskipun ada beberapa produk margarin tidak mencantumkan menggunakan garam di label untuk alasan kesehatan.

Margarin adalah emulsi W/O yang mana bulatan-bulatan bergaris tengah antara 1 sampai 20 tersebar dalam fase lemak semi-padat mengandung kristal-kristal lemak dan minyak cair. Emulsi yang terdiri atas 80% lemak ini dihasilkan melalui tahap homogenisasi yang berlangsung hanya beberapa detik sampai beberapa menit sebelum dipompa melewati unit pendingin, kemudian diemulsi lebih lanjut dan fase lemak membentuk kristal. Tidak seperti emulsi yang lain, emulsi margarin tidak perlu sangat mantap, karena kemampuannya dicapai antara lain karena pendinginan cepat.

D. Proses Pembuatan Margarin dan Minyak Goreng

Secara garis besar, persiapan pembuatan margarin adalah sebagai berikut:

1. Pencampuran semua bahan yang larut lemak

2. Mencampur susu atau air dengan garam dan semua bahan yang larut air.

3. Pencampuran dua fase untuk membentuk emulsi W/O

4. Pendinginan yang dilanjutkan dengan plasticizing of emulsion

5. Pencetakan/pembentukan margarin ke dalam tabung plastik

6. Pengemasan akhir dan penyimpanan pada suhu dingin

Pada tahap yang pertama, minyak yang digunakan dimasukkan ke dalam tank, kemudian emulsifier (jenis lechitin, monogliserida, dan digliserida), vitamin yang larut lemak (A, D, dan E), dan pewarna (beta karoten dan annato) ditambahkan. Pencampuran sebaiknya dilakukan di bawah tekanan atmosfir untuk mencegah oksidasi dan kerusakan flavor.

Ketika semua komponen yang larut lemak dicampur, fase air ditambahkan. Ini bisa susu segar, skim milk, atau susu bubuk tanpa lemak, atau air. Garam dan flavor seperti diasetil dan starter distilat digolongkan ke dalam fase air. Bahan antimikrobial seperti (sodium benzoat atau potasium sorbat) ditambahkan jika diperlukan. Fase air ditambahkan ke minyak sedikit demi sedikit yang disertai agitasi untuk membentuk emulsi W/O. Sesekali emulsi dipaseturisasi pada suhu 730C selama 16 detik untuk mengurangi mikroorganisme patogen.

Sifat fisik margarin seperti tekstur, spreadability, warna, kenampakan dan titik lelehnya didasarkan dari komposisi lemak dan proses pengolahannya. Margarin dan spread tersusun dari minyak cair, kristal-kristal lemak dan fase aquous. Kristal-kristal memberi margarin konsistensi dan stabilitas droplet-droplet air. Margarin disiapkan dari edibel oil yang termodifikasi secara kimia dengan proses dehidrogenasi atau teresterifikasi.

Minyak kedelai dan minyak sawit adalah kontituen alternatif utama dalam pembuatan margarin. Minyak-minyak lain dapat dicampurkan untuk mendapatkan rasio spesifik antara lemak padat dengan lemak cair pada kisaran suhu tertentu. Metode standard untuk pengukuran rasio tersebut dihadirkan dalam indeks lemak padat yang disediakan oleh (detailed by the American Oil Chemists Society as method Cd 10 – 57)

Kristal -kristal lemak dalam margarine terbentuk dari komponen padat lemak margarine yang membentuk molekul tiga dimensi. Molekul ini tersusuan dari fase minyak dan fase cair. Seperti halnya dengan rasio padatan terhadap cairan lemak yang meningkat, tekstur dan konsistensi margarin juga mengeras dan lebih kaku. Margarin batang mengandung 10-15% lemak padat pada suhu 10ºC lebih banyak daripada margarin lunak atau margarin berbentuk tube, yang menyebabkan margarin batang lebih tahan terhadap kerusakan.

Emulsifikasi pada Margarin

Margarin biasanya dibuat dengan menggunakan pengemulsi berupa ester mono- dan digliserida yang bagian asam lemaknya berantai C panjang dan lesitin dari minyak kedelai yang sudah diizinkan. Lesitin mendorong kelarutan monogliserida yang akan mendorong pembentukan emulsi dengan mengurangi tegangan antara permukaan fase minyak dan fase air jika digabung. Pada perlakuan perobekan titik-titik air meliputi monogliserida dan tersebar menjadi partikel-partikel yang makin kecil, rata-rata 3 hingga jumlahnya mencapai 1010 per gram pada margarin yang mengandung 16% air. Ukuran titik-titik fase air yang kecil dari penyebarannya yang merata ini penting untuk mengecilkan kemungkinan akibat yang disebabkan oleh kontaminan jasad renik dan meningkatkan kemantapan selama penyimpanan. Pengemulsi juga memperbaiki konsistensi dan sifat-sifat pembentukan krim margarin.

Emulsi margarin tersusun atas fase terdisepersi sempurna cair (aqueous) dan fase pendispresi yang berupa molekul kristal.

Emulsi adalah suspensi suatu cairan di dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur. Emulsi margarin dapat terbentuk dari sekumpulan komponen-komponen dalam proporsi yang tepat. Minyak cair dicampurkan ke dalam tank agitasi. Bahan-bahan yang larut minyak yang terdiri dari lesitin, surfaktan monogliserida, flavor larut emak, vitamin dan pewarna yang larut lemak ditambahkan pada minyak.

Fase aqueous (encer/cair) dipasteurisasi dengan terlebih dahulu menyimpakan susu, air, garam, flavor yang larut lemak dan bahan pengawet. Fase aqueous dijaga suhunya pada suhu 5 -10ºC setelah pasteurisasi dan sebelum pencampuran dengan fase minyak. Penambahan fase aqueous dingin ke fase minyak yang hangat diikuti dengan agitasi untuk mengesatkan permukaan campuran, namun emulsi masih sangat tidak stabil. Proses alternatif berikutnya adalah mencampurkan fase minyak dengan fase aqueous dengan menggunakan pompa yang proporsional atau peralatan metering lainnya.

Bahan yang dapat berperan sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, kasein, albumin, atau lesitin. Daya kerja emulsifier didukung oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat pada minyak maupun air.

Pada pembuatan mentega dan margarin, penambahan emulsifier berfungsi untuk (1) mengurangi daya percik produk apabila digunakan untuk menggoreng karena air yang ada di dalam produk diikat oleh lemak, (2) memperpanjang daya simpan, sebab produk dinyatakan rusak apabila terjadi pemisahan komponen lemak dan air, (3) memperkeras tekstur agar tidak meleleh pada suhu kamar, dan (4) mempertinggi titik didih untuk memenuhi tujuan penggorengan.

Pembuatan Minyak Kelapa

Pembuatan minyak kelapa diawali dengan pembuatan santan kelapa yang merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak (disebut krim) dengan bagian yang miskin dengan minyak(disebut skim). Krim lebih ringan dibanding skim sehingga krim berada pada bagian atas dan skim di bawah.
Minyak kelapa dapat dibuat dengan berbagai cara, salah satu caranya disebut cara yang sederhana. Proses pembuatan minyak goreng terdiri dari beberapa cara, yaitu sebagai berikut :

a. Cara Basah Tradisional

Daging buah diparut, kemudian ditambah air dan diperas sehingga mengeluarkan santan. Setelah itu dilakukan pemisahan minyak dari santan dengan pemanasan. Santan dipanaskan sehingga airnya menguap dan tinggal padatan yang menggumpal. Gumpalan padatan ini disebut blendo (galendo). Minyak dipisahkan dari blondo dengan cara penyaringan.

Blondo masih mengandung minyak sehingga dapat diambil dengan cara diperas.

b. Cara Basah Sentrifugasi

Pemisahan minyak dari santan dapat dilakukan dengan sentrifugasi. Santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan 3000-3500 rpm sehingga terjadi pemisahan krim dari skim. Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak.
Pemisahan minyak dapat juga dilakukan dengan kombinasi pemanasan dan sentrifugasi. Santan disentrifugasi untuk memisahkan krim. Setelah itu krim dipanaskan untuk menggumpalkan padatan bukan minyak. Minyak dipisahkan dari bagian bukan minyak dengan cara sentrifugasi. Minyak yang diperoleh disaring untuk memperoleh minyak yang bersih.

c. Cara Basah Fermentasi

Siapkan tabung air mineral kemudian parut beberapa buah kelapa dan diperas menjadi santan. Setelah itu santan diencerkan dengan air dan dibiarkan selama 8 jam hingga terjadi pemisahan antara “santan prima” dengan air. Santan prima (kental) itu, keasamannya diturunkan hingga suasana asam (pH 4,2), dengan menggunakan cuka makan. Campuran ini kemudian dibiarkan 12 - 24 jam. Dalam proses ini, santan prima terpisah menjadi tiga bagian. Lapisan bawah berupa air, kemudian galendo dan di bagian atasnya minyak murni. Minyak disaring dengan tisu atau kain kasa halus, lewat keran yang sudah disiapkan sebelumnya. Minyak yang terkumpul, kemudian dihangatkan selama selama 15 menit ditambah antioksidan. Minyak yang dihasilkan, sudah dapat dikemas dan dikonsumsi. Proses ini masih dapat dilanjutkan ke proses pembuatan minyak berikutnya. Galendo atau blondo itu mengandung mikroba aktif untuk pembuatan minyak fermentasi. Galendo cair disemprotkan ke seluruh permukaan dalam galon dan dibiarkan hingga kering. Kemudian masukkan santan cair dan dibiarkan selama 12 jam dalam kehangatan temperatur kamar. Setelah kurun waktu itu, minyak akan terpisah sendiri. Proses selanjutnya, seperti yang pertama yaitu dipanaskan hingga panas kuku selama 15 menit, dan minyak yang dihasilkan siap dikmas.

E. Diagram Proses Produksi Margarin dan Minyak goreng

Gambar Minyak Goreng

F. Kegunaan Margarin dan Minyak Goreng

Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Meskipun margarin (meja) mengandung asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, tetapi bila juga mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (bahkan meningkatkan kadar kolesterol jahat), maka efeknya bagi kesehatan tubuh.

Dalam minyak goreng mengandung vitamin A, D, dan E. Minyak goreng juga berfungsi sebagai penghantar panas.

G. Tips-tips Pemilihan Minyak Goreng yang Aman

Hasil analisa dari berbagai jenis minyak goreng menunjukkan bahwa semua minyak sayur mengandung asam lemak tak jenuh majemuk rantai panjang (LCFA) dalam kadar tinggi (22-78%). Urutan teratas, minyak safflower dengan kadar LCFA 78%, minyak biji matahari (69%) dan seterusnya hingga minyak kelapa dengan kadar LCFA hanya 2% saja. Sedangkan persentasi kandungan asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acids=MUSFA) kadarnya cukup bervariasi dan kadar MUSFA yang paling rendah, sekali lagi, adalah minyak kelapa (6%), sedangkan minyak jenis lain berkisar dari 12%, minyak palm sampai yang paling tinggi pada minyak zaitun (olive oil) 77%. Sedangkan ada minyak goreng yang diiklankan sebagai minyak goreng paling aman dan sehat dan sedang menjadi favorit oleh para konsumen adalah minyak canola mengandung 63%. Jikalau kedua jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang; baik yang poli maupun mono, digabungkan menjadi satu, maka kadar LCFA minyak canola menjadi 93% (31+63%), sedangkan minyak zaitun adalah 86% (9+77%) dan minyak kelapa hanya 8% (2+6%). Minyak atau lemak yang mengandung persentasi asam lemak tak jenuh rantai panjang (LCFA) dengan kadar tinggi, seperti canola (93%) adalah kurang baik untuk kesehatan. Karena bila untuk menggoreng (deep fried atau dipanaskan), disamping akan mengalami polimerisasi (penggumpalan), ia juga membentuk “trans fatty acids”. dan “free radicals” yang bersifat toksik dan karcinogenik. Di dalam alur proses pencernaan dan metabolisme akan menghasilkan energi, kolesterol dan lemak. Sedangkan minyak kelapa hanya menghasilkan energi. Dengan demikian minyak kelapa lebih aman terhadap kesehatan dibandingkan semua jenis minyak goreng!

BAB III

KESIMPULAN

Margarin pertama kali ditemukan di Perancis oleh seorang ahli Kimia bernama Hippolyte Mege-Mouries pada tahun 1869. Penemuan margarin sebetulnya dipicu oleh keadaan di Perancis pada saat itu dimana harga mentega sangat mahal sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya. Hal ini terjadi sebagai akibat pengaruh revolusi industri dimana banyak petani yang meninggalkan lahan pertaniannya lalu mereka menuju kota dan bekerja di industri industri.

Secara umum margarin adalah bahan semipadat yang mempunyai sifat dapat dioleskan yang mengandung lemak minimal 80% dan maksimum 90%. Bahan untuk membuat margarin secara umum adalah minyak dan lemak, baik yang berasal dari nabati (tumbuh-tumbuhan), hewani maupun ikan.

Ada dua jenis margarin yang diproduksi, yaitu margarin untuk campuran dalam pembuatan kue-kue serta margarin meja. Margarin untuk kue biasanya mengandung kadar lemak hidrogenasi tinggi sehingga bentuknya lebih padat, sedangkan margarin meja bentuknya lebih lembek agar mudah dioleskan.

Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Meskipun margarin (meja) mengandung asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, tetapi bila juga mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal dalam bentuk trans yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (bahkan meningkatkan kadar kolesterol jahat), maka efeknya bagi kesehatan tubuh.

pembuatan margarine

Safonifikasi

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kemajuan jaman yang sangat pesat ini, kita sebagai masyarakat yang terlibat di dalamnya harus peka dan mengerti akan fenomena-fenomena kimia sederhana yang terjadi di sekitar kita karena hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk menciptakan kreasi dan inovasi di masa mendatang. Banyak orang awam kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil atau bahkan tidak peduli akan fenomena yang sering terjadi dalam keseharian mereka. Salah satu contoh sederhana yang dapat kita tinjau ialah mencuci tangan. Banyak di antara kita yang tidak mengerti bagaimana sabun dalam media air dapat membersihkan tangan kita dari minyak yang menempel di tangan.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.

BAB II

REAKSI SAPONIFIKASI (ESTERIFIKASI)

  1. Pengertian Saponifikasi dan Detergen

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi.

Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan proses kontinyu. Proses esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200- 250°C. Pada reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara kontinyu untuk menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi countercurrent kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini didasarkan pada prinsip reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol vapor dan desorpsi metanolwater mixture. Gambar 4 memperlihatkan proses kontinyu esterifikasi Henkel asam lemak. Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 °C. Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan metanol dapat dijaga secara nyata pada rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak dibandingkan proses batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui proses distilasi tidak memerlukan proses pemurnian. Kelebihan metanol di rectified dan digunakan kembali. Esterifikasi proses kontinyu lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil yang sama, proses kontinyu membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan kelebihan metanol yang lebih rendah. Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi ester dari asam lemak spesifik Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat alkohol tersier

2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi

3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tinggi

4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.

Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.

Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Sabun juga memiliki sifat, yaitu sebagai berikut :

a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2.

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka ait) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

B. Bahan Baku Pembuatan Sabun dan Detergen

Ø Bahan Pembuatan Sabun

Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara fatty acid dan alkali. Fatty acid adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewani atau nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan sabun, antara lain : Minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak kedelai (soy bean oil) dan lain – lain. Masing – masing mempunyai karakter dan fungsi yang berlainan. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Fatti Acid ( oils) + Base ( Natrium Hydroxide / Lye) = A Salt (soap)

Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan proses produksi aktual dilapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk tersebut adalah tetap sama.

Sabun dibuat dari lemak [hewan], minyak[nabati] atau asam lemak (fatty acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).

Ø Bahan-bahan dalam Pembuatan Sabun Mandi

  1. Minyak atau Lemak : Hampir semua minyak atau lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Cari yang mudah saja seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, minyak jagung, dan minyak kedelai.
  2. NaOH atau KOH : untuk mengubah minyak atau lemak menjadi sabun. Bisa beli di took bahan kimia, ambil yang teknis saja.
  3. Air : sebagai katalis atau pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus, banyak mengandung mineral.
  4. Essensial dan Fragrance Oils : sebagai pengharum
  5. Pewarna : untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
  6. Zat aditif : rempah, herbal, ttalk, tepung kanji atau maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”.

Ø Bahan-bahan dalam Pembuatan Detergen

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

a. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

* Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)

* Kationik : Garam Ammonium

* Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle

* Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

b. Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

* Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

* Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

* Silikat : Zeolit

* Sitrat : Asam Sitrat

c. Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.

d. Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

Diagram Alir Bahan antara surfaktan asli berasas lemak/minyak

Bahan pembuatan detergen yang menggunakan bahan non organik yaitu :

1. Posfat

· Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia memberikan perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan kotoran serta penyebaran (dispersion).

· Juga sebagai bahan bantu pada proses terbaik semasa pembuatan detergen seperti penyerapan surfaktan cair dan pengikatan air bebas.

· Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium dan potassium pirofosfat dan tripolifosfat.

2. Sodium Karbonat

· Seperti fosfat, sodium karbonat juga merupakan ingredien detergen multifungsi. Diantaranya adalah untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pemukal (filler), pembawa dan bahan bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.

· Dalam detergen semburan kering tradisional, fungsi utama sodium karbonat adalah sebagai pemukal, sumber kealkalian dan pembina.

3. Peluntur Oksigen (oxygen bleaches)

· Tiga peluntur oksigen terpenting dalam aplikasi detergen ialah sodium perborat monohidrat, sodium perborat tetrahidrat dan sodium karbonat peroksida.

· Sebatian ini sangat penting dalam formulasi detergen tahan warna (color-safe) dan formulasi peluntur dimana kereaktifan dengan enzim dan lain-lain ingredien perlu di minimalkan.

· Faedah utama ingredien peluntur berasaskan oksigen ialah membantu menangglkan kotoran degil (stain), penjagan keputihan dan kawalan bintik dan lapisan pada gelas dalam aplikasi basuhan pinggan mangkuk.

  • Tabel di bawah merumuskan atribut utama setiap jenis ingredien peluntur.

Tabel Sifat-sifat Ingredien Peluntur Detergen

Sifat-sifat

Sodium Perborat Tetrahidrat

Sodium Perborat Monohidrat

Sodium Karbonat Peroksida Terstabil

Oksigen aktif (%)

10.1

15

11.5

Ketumpatan pukal(lb/ft3)

52

38

60

Aplikasi proses

Tambahan selepas

Tambahan selepas

Tambahan selepas

Ø Resep Sabun Mandi

1. Sabun mandi cair: 340 g Minyak sawit, 170 g Minyak kelapa, 50 gram minyak zaitun,122 gram KOH Kalium hidroksida 250 g air,10 cc fragrance + pewarna, dan prosesnya pada suhu ruangan.

2. Sabun mandi padat : 250 minyak sawit, 140 minyak kelapa, 100 gram minyak jagung, 75,5 gram NaOH ditambah 210 mL air, 10 cc fragrance ditambah pewarna, dan dilakukan pada suhu ruangan.

C. Proses Pembuatan Sabun dan Detergen

1. Proses Pembuatan Sabun

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).

Lauric Acid

Struktur Asam Laurat

Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.

Ø Proses Pembuatan Sabun Mandi

1. Siapkan Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki plastik
yang dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang
cukup untuk menampung semua hasil pembuatan sabun. Untuk cetakan anda bisa
menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik tipis, bahkan pipa PVC bisa
dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik yang
diikat dengan karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil
sabun. Setelah mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan menghasilkan
sabun yang bulat

2. Timbang air dan NaOH / KOH. Sesuai dengan resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke
NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit.
Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan.
Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu
ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.

3. Timbang minyak sesuai dengan resep.

4. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.

5. Hati- hati tuangkan larutan NaOH atau KOH ke dalam minyak

6. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka
atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila di sentuh dengan sendok, maka beberap detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.

7. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengaharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender

8. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

Ø Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi adalah :

1. Botol plastik untuk wadah

2. Timbangan dapur dengan skala terkecil 1 atau 5 gram

3. Cetakan

4. Blender dengan tutupnya

Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:

1. Sabun cair

o Dibuat dari minyak kelapa

o Alkali yang digunakan KOH

o Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar

2. Sabun lunak

o Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih

o Alkali yang dipakai KOH

o Bentuk pasta dan mudah larut dalam air

3. Sabun keras

o Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi

o Alkali yang dipakai NaOH

o Sukar larut dalam air

Wanita sangat menginginkan menggunakan sabun dalam bentuk cair, sebab bentuk cair memberikan busa yang cukup banyak. Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak zaitun dan minyak kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa yang banyak.

Dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru. Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:

1. Sabun kesehatan

o TCC (Trichorlo Carbanilide)

o Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat

o Asam salisilat sebagai fungisida

o Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit

2. Sabun kecantikan

· Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi

· Vitamin E untuk mencegah penuaan dini

· Pelembab

· Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit

1. Shampoo

· Diethanolamine (HOCH2CH2NHCH2CH2OH) untuk mempertahankan pH

· Lanolin sebagai conditioner

· Protein untuk memberi nutrisi pada rambut

Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun

  1. Reaksi-Reaksi Kimia pada Proses Saponifikasi

Saponification Reaction

Atau

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

Diagram Alir Mekanisme reaksi pada proses Saponifikasi

Mekanisme reaksi Pensulfonatan

  1. Manfaat Saponifikasi dan Detergen

Sabun yang banyak dijumpai di pasaran meskipun meski disebut sabun, sebenarnya adalah detergent, bahan dasar yang di pakai adalah Sodium Lauryl Sulfate ( SLS), Sodium Laureth Sulfate (SLES) merupakan bahan dasar pembuatan detergent , SLS berfungsi sebagai surfactant ( surface active agent) atau agen pembersih. Karena bersifat pembersih, maka lemak – lemak yang berfungsi untuk melindungi kulit juga ikut larut, sehingga kulit menjadi kering dan berakibat pada iritasi.

Sabun mandi komersial pada umumnya mengandung banyak senyawa kimia seperti kandungan petroleum, synthetic chemical, dan petrochemical (chemicals harmful) yang dapat merusak kulit dan lingkungan. Produsen sabun mandi komersial mencampur larutan kimia. Ini dilakukan agar mereka dapat menghasilkan sabun dengan biaya yang serendah mungkin dan dapat menghasilkan sabun sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Salah satu manfaat dari proses saponifikasi adalah mensintesis sabun (ester) dengan merubah asam karboksilat dengan air.

Ada sesuatu yang sangat mengagumkan dari sabun; manfaatnya sebagai pembersih serba guna, Tapi pastikan sabun yang digunakan adalah sabun berbahan alami sehingga khasiatnya dapat dirasakan bagi kulit dan juga kebersihan rumah. Berikut 10 manfaat sabun bagi rumah tangga, yaitu :

1. Pembersih kulit.

Anda mungkin akan kagum dengan kandungan emolien yang terdapat pada sabun alami jika dibandingkan dengan sabun produksi pabrik yang dijual di pasaran. Emolien dapat melembutkan dan membersihkan kotoran yang melekat pada kulit. Sabun produksi pabrik pada umumnya tidak lagi mengandung gliserin (zat yang juga dapat melembutkan kulit), mengandung beberapa bahan sintetis dan beracun sehingga dapat membuat kulit kering.

2. Membunuh kuman.

Sabun berbahan alami dapat membunuh kuman. Kita dianjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air untuk membasmi kuman khususnya sebelum makan.

3. Pembasmi serangga.

Selama berabad-abad, sabun juga telah digunakan sebagai pestisida, zat pembunuh hama pada tanaman. Zat yang terdapat pada sabun merusak sel membran serangga, mematikannya dengan membuat mereka dehidrasi. Hanya saja pastikan untuk tidak menggunakan lebih dari 2 sendok makan sabun ke dalam 3,8 liter air karena terlalu banyak sabun juga dapat mematikan tumbuhan.

4. Anti kutu pada hewan peliharaan.

Sabun dan air bekerja sangat baik untuk membasmi kutu pada hewan peliharaan di mana kutu akan luruh bersama air setelah bulu hewan disabuni. Pastikan juga untuk menyisir bagian kepala hewan saat disabuni karena kutu akan berpindah ke bagian tersebut yang jarang terkena sabun.

5. Pembersih lantai kayu.

Sayangnya, kebanyakan sabun terbuat dari detergen daripada bahan alami. Pilih sabun buatan tangan alami dan masih mengandung banyak emolien. Sabun dengan kandungan emolien sangat sempurna untuk membersihkan lantai kayu rumah dan membuatnya lebih mengkilap.

6. Pelicin karat.

Gosokkan sabun pada mur dan baut yang berkarat untuk membuatnya kembali berfungsi dengan baik. Atau jika ada pintu yang engselnya berderit, Anda bisa menggunakan sabun untuk melicinkan engsel dan meredam bunyinya.

7. Pembersih bahan kulit.

Sabun kuda/pelana merupakan bahan jaman dulu yang dapat digunakan untuk membersihkan bahan-bahan kulit. Cara membuatnya: 56 gr minyak jojoba , 56 gram minyak zaitun, 28 gr parutan/irisan sabun atau sabun cair, 84 gram air, dan 28 gram alkohol. Panaskan minyak jojoba, zaitun, dan sabun dengan suhu medium. Setelah semuanya mencair, angkat dari kompor dan tambahkan air serta alkohol, lalu segera aduk hingga semua bahan tercampur rata. Produk ini biasanya akan bertahan sekitar 6 bulan jika diletakkan di dalam toples dengan tutup yang rapat.

8. Pencuci pakaian.

Hampir setiap cucian baju dicuci dengan menggunakan detergen. Jika Anda memiliki kualitas air rumah yang baik, lebih baik gunakan sabun batangan berbahan alami untuk mencuci pakaian (bukan yang mengandung detergen). Namun jika airnya tidak bagus, silakan memakai detergen. Pada dasarnya, sabun sangat baik untuk menyingkirkan kotoran pada pakaian.

9. Pembersih kaca.

Kebanyakan di antara kita membersihkan kaca jendela untuk yang pertama kali dengan meggunakan cuka dan lantas menjadi kesal dengan hasilnya yang buruk. Padahal, sejak dulu sabun dengan cuka dan air diketahui cukup ampuh untuk membersihkan kaca. Untuk jendela baru, bersihkan terlebih dulu dengan sabun. Setelah itu, membersihkannya dengan cuka saja pun sudah cukup.

10. Pembersih serba guna.

Sabun adalah alkalin dan dikombinasikan dengan beberapa mineral seperti baking soda, borak, atau washing soda yang sangat ampuh untuk beragam pekerjan bersih-bersih.

BAB III

KESIMPULAN

Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga saponifikasi.

Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:

* Sabun cair

* Sabun lunak

* Sabun keras

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lem. Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.